“MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF”
Makalah Pembelajaran Inovatif
JURUSAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan makalah
Pembelajaran Inovatif dengan judul “ Model Pembelajaran Kooperatif” ini dapat
terselesaikan dengan baik dan lancar.
Makalah Pembelajaran Inovatif ini
dibuat dengan tujuan agar memperluas pengetahuan bagi penyusun maupun pembaca
dalam bidang model-model pembelajaran Kooperatif, selain itu makalah ini juga
sebagai tugas kelompok mata kuliah Pembelajaran Inovatif.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami
tidak lepas dari kerjasama dan bimbingan dari beberapa pihak. Maka dari itu
saya mengucapkan terimakasih kepada:
1.
Prof.
Dr. I Wayan Santyasa, M.Si. selaku dosen pembimbing mata kuliah Pembelajaran
Inovatif yang telah banyak memberi bimbingan dan masukan-masukan.
2.
Masing-masing
Kedua Orang tua kami yang sepenuhnya memberikan support dan menfasilitasi semua
kegiatan dalam penyusunan makalah ini.
3.
Seluruh
pihak yang telah membantu kami dalam kelancaran kegiatan ini.
Semoga
Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan karunia-Nya kepada semua pihak yang membantu
dan mengorbankan waktunya serta bimbingannya kepada kami.
Semoga
juga makalah ini dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Dan
tentunya makalah ini masih sangat jauh dari sempurna.
Untuk
itu kepada Dosen Pembimbing kami minta
masukannya demi per-baikan pembuatan makalah kami di masa
yang akan datang.
Terima Kasih.
Singaraja, 14 Mei 2012
Penyusun: Kelompok V
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Pembelajaran Kooperatif................................................... 3
2.2 Unsur-unsur Dasar
Pembelajaran Kooperatif...................................... 4
2.3 Tipe-tipe Model
Pembelajaran Kooperatif.......................................... 5
2.4 Landasan Teoritik dan
Konseptual Pembelajaran Kooperatif............. 10
2.5 Kelebihan dan
Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif.............. 12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................................... 18
Daftar Fustaka
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Paradigma yang lama adalah guru memberikan pengetahuan
kepada siswa yang pasif. Dalam konteks pendidikan tinggi, paradigma lama ini
juga berarti jika seseorang mempunyai pengetahuan dan keahlian dalam suatu
bidang, dia pasti akan dapat mengajar. Dia tidak perlu tahu mengenai proses
belajar mengajar yang tepat. Dia hanya perlu menuangkan apa yang diketahuinya
kedalam botol kosong yang siap menerimanya.
Banyak Guru dan Dosen masih menganggap paradigma ini
sebagai satu-satunya alternatif. Mereka mengajar dengan metode ceramah dan
mengharapkan siswa duduk, diam, dengar, catat, dan hafal. Serta mengadu siswa
satu dengan yang lain.
Kita sebagai generasi penerus pendidikan harus bisa
merubah paradigma lama ini sebagai suatu yang lebih baik dan dapat meningkatkan
mutu pendidikan. Salah satunya yaitu dengan cara mengubah metode mengajar
dengan mengguanakan metode cooperative
learning. Jenis metode kooperatif ini dapat kita lihat dalam pembahasan.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Apa
Pengertian dari Pembelajaran Kooperatif?
1.2.2 Apa saja Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif?
1.2.3 Bagaimana Tipe-tipe Model
Pembelajaran Kooperatif?
1.2.4 Bagaimana Landasan
Teoritik dan Konseptual Pembelajaran Kooperatif?
1.2.5
Apa Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran
Kooperatif?
1.3
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan
memahami:
1.3.1 Pengetian Pembelajaran Kooperatif.
1.3.2
Unsur-unsur
Dasar Pembelajaran Kooperatif.
1.3.3
Tipe-tipe
odel Pembelajaran Kooperatif.
1.3.4
Landasan
Teoritik dan Konseptual Pembelajaran Kooperatif.
1.3.5
Kelebihan
dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif (cooperative Learning) merupakan pendekatan pembelajaran yang
berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Adapun beberapa
definisi lain tentang pembelajaran kooperatif yakni.
Slavin
(Doantara Yasa, 2008) mendefinisikan pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran
yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami
konsep yang difasilitasi oleh guru.
Hal
serupa juga dilontarkan (dalam Prof. Dr. I Wayan Santyasa, M.Si, 2011) bahwa
pembelajaran koopertif adalah suatu strategi pembelajaran yang tersetruktur dan
sistematis, di mana kelompok-kelompok kecil
bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
Di
samping itu juga (dalam Mohammad Nur,
2005: 1) mengungkapkan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan
teknik-teknik kelas praktis yang dapat digunakan guru setiap hari untuk
membantu siswanya belajar pada setiap mata pelajaran, mulai dari
keterampilan-keterampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks.
Dari
beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan siswa untuk belajar bersama, saling
menyumbangkan pikiran dan bertanggung
jawab terhadap pencapaian hasil belajar individu meupun kelompok untuk mencapai
suatu tujuan yang maksimal.
Dalam
pengembangannya model pembelajaran kooperatif memiliki tujuan tersendiri dalam
pembelajaran, seperti tujuan yang pertama, yaitu meningkatkan hasil akademik,
dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Tujuan yang
kedua, yaitu memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang
mempunyai berbagai perbedaan latar belakang, seperti perbedaan suku, agama,
kemampuan akademik, dan tingkat sosial. Tujuan yang ketiga, yaitu untuk mengembangkan
keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain, berbagi
tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau memberikan ide atau
gagasan dalam diskusi, dan sebagainya.
2.2. Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif
Berdasarkan definisi
pembelajaran koopertif tersebut, terdapat unsur-unsur dasar pembelajaran
kooperatif, yaitu: belajar bersama, saling menyumbangkan pikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil
belajar (gotong royong). Oleh sebab itu terdapat lima unsur dalam pembelajaran
kooperatif, yaitu:
2.2.1. Saling
Ketergantungan Positif
Keberhasilan
suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya, karena dalam satu
kelompok semua anggota bekerja dengan satu tujuan yang sama dalam kelompok. Untuk
menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas dengan
sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok mampu menyelesaikan tugasnya
sediri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.
2.2.2. Tanggung
Jawab Perseorangan
Unsur ini
merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola
penilaian di buat prosedur model pembelajaran cooperative learning, siswa akan merasa tanggung jawabuntuk
melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilam metode kelompok adalah persiapan guru
dalam menyusun tugasnya.
2.2.3. Tatap Muka
Setiap
kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan diskusi.Kegiatan
interaksi ini akan memberikan para pembelaja runtuk membentuk sinergi yang
menguntungkan semua anggota.Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya
dari pada hasil pemikiran satu kepala saja.
2.2.4. Komunikasi Antar Anggota
Unsur
ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai ketrampilan
berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu
mengajarkan cara-cara berkomunikasi.
2.2.5. Evaluasi Proses Kelompok
Pengajar
perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja
kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya biasa bekerja sama dengan
lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja
kelompok tetapi bisa diadakan selang beberapa waku setelah beberapa kali
pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran Cooperative learning.
2.3 Tipe-tipe Model Pembelajaran
kooperatif
Setelah kitat
mengetahui pengertian dan tujuan dari model pembelajaran kooperatif dapat kita
ketahui juga apa saja yang menjadi tipe model pembelajaran kooperatif tersebut.
Tipe model pembelajaran kooperatif yaitu :
1.
Pembelajaran
kooperatif menurut jigsaw dengan pertama kalinya digunakan oleh Aronson dkk.
a.
Misalnya
seperti contoh Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan
setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik
tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah serta jika mungkin anggota berasal
dari ras, budaya, suku yang berbeda tetapi tetap mengutamakan kesetaraan
jender. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal
menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini,
setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran
tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama
dalam kelompok yang disebut. Misalnya suatu kelas dengan jumlah siswa 40, dan
materi pembelajaran yang dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri
dari dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat 5
kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari
5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan
informasi yang telah diperoleh dalam diskusi di kelompok ahli dan setiap siswa
menyampaikan apa yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli.
Guru memfasilitasi diskusi kelompok
baik yang dilakukan oleh kelompok ahli maupun kelompok asal.
b.
Setelah
siswa berdiskusi dengan kelompokahli maupun kelompok asal selanjutnya dilakukan
persentasi masing masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok
untuk menyajikan hasil diskusi yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan
persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan .
c.
Guru
memberikan kuis untuk siswa secara individual.
d.
Guru
memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan
perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skorkuis dasar hingga
skor kuis berikutnya.
e.
Materi
sebaiknya secara alami dibagi menjadi beberapa materi pembelajaran.
f.
Perlu
diperhatikan bahwa jika penggunaan tipe jigsaw
untuk belajar materi baru perlu
dipersiapkan suatu tuntunan yang runtut serta cukup sehingga materi
pembelajaran dapat tercapai.
2.
Pembelajaran
kooperatif tipe NHT (Number Head Together)
Tipe pembelajaran
kooperatif ini dikembangkan oleh (spenser kagen, 1993). Pada umumnya tipe NHT
ini digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran
atau untuk mengecek kemampuan siswa terhadap pembelajaran.
Adapun
langkah-langkah penerapan NHT yaitu :
·
Guru
menyampaikan materi pembelajaran dan permasalahan yang akan di capai
·
Guru
memberikan kuis secara indiviual kepada siswa utuk mendapat skor dasar atau
skor awal.
·
Guru
membagi kelas dalam beberapa kelompok yang diberi nomor atau nama.
·
Guru
memberikan maslah untuk dapat dipecahkan bersama dalam kelompok.
·
Guru
memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan
penegasan pada akhir pembelajaran.
·
Guru
memberikan tes/kuis kepada siswa secara individual.
·
Guru
memberi penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan
perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor
kuis berikutnya (terkini).
3.
Pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)
Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Slavin dkk.
Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD:
Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Slavin dkk.
Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD:
a.
Guru
menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi
dasar yang akan dicapai.
b.
Guru
memberikan tes/ kuis kepada setiap siswa secara individual sehingga akan
diperoleh skor awal.
c.
Guru
membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan
kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin anggota
kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda tetapi tetap mementingkan
kesetaraan jender.
d.
Bahan
materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai
kompetensi dasar. Pembelajaran kooperatif tipe STAD biasanya digunakan untuk
penguatan pemahaman materi.
e.
Guru
memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan
penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
f.
Guru
memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual.
g.
Guru
memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil
belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).
4.
Pembelajaran
kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization)
Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh
Slavin. Tipe ini mengkombinasi-kan keunggulan pembelajaran kooperatif dan
pembelajaran idnidvidual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar
siswa secara individual. Oleh karena itu, kegiatan pembelajarannya lebih banyak
digunakan untuk pemecahan masalah, ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap
siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan
oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk
didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota
kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab
bersama.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah
sebagai berikut:
a.
Guru
memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara
individual yang sudah dipersiapkan oleh guru.
b.
Guru
memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar
atau skor awal.
c.
Guru
membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan
tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin,
anggota kelompok terdiri dari ras, budaya, suku yang berbeda tetapi tetap mengutamakan
kesetaraan jender.
d.
Hasil
belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi
kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok.
e.
Guru
memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan
penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
f.
Guru
memberikan kuis kepada siswa secara individual.
g.
Guru
memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil
belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini)
5. Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS (Think Pair
Share)
Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif yang mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan
diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok secara keseluruhan.
Karakteristik model TPS siswa dibimbing secara mandiri, berpasangan, dan saling
berbagi untuk menyelesaikan permasalahan. Model ini selain diharapkan dapat
menjebatani dan mengarahkan PBM juga mempunyai dampak lain yang sangat
bermanfaat bagi siswa. Beberapa akibat yang dapat ditimbulkan dari model ini
adalah siswa dapat berkomunikasi secara langsung oleh individu lain yang dapat
saling memberi informasi dan bertukar pikiran serta mampu berlatih untuk
mempertahankan pendapatnya jika pendapat itu layak untuk dipertahankan.
Menurut Lie (2002), berikut kelebihan dan kekurangan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS :
·
Kelebihan Model TPS
1.
Meningkatkan kemandirian siswa
2.
Meningkatkan partisipasi siswa untuk menyumbangkan
pemikiran karena merasa leluasa dalam mengungkapkan pendapatnya.
3.
Membentuk kelompoknya lebih mudah dan lebih cepat
4.
Melatih kecepatan berpikir siswa
·
Kelemahan model TPS
1.
Tidak selamanya mudah bagi siswa untuk mengatur
cara berpikir sistematik
2.
Lebih sedikit ide yang masuk
3.
Jika ada perselisihan, tidak ada penengah dari
siswa dalam kelompok yang bersangkutan sehingga banyak kelompok yang melapor
dan dimonitor.
2.4 Landasan Teoritik dan Konseptual Pembelajaran Kooperatif
Landasan teoritik dan kooperatif berakar dari pandangan
filosofis dan persektif psikologis.
2.4.1 Persektif
Filosofis
Ide pembelajaran kooperatif bermula dari persektif
filosofis terhadap konsep belajar. Untuk dapat belajar, seseorang harus
memiliki pasangan atau teman belajar. John Dewey pada tahun 1916, menulis sebuah buku “Democracy of education” yang menggagas konsep pendidikan, bahwa kelas
seharusnya merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk
belajar tentang kehidupan nyata. Pemikiran Dewey yang utama tentang pendidikan
adalah :
1.
Pebelajar
hendaknya aktif,
2.
Belajar
hendaknya didasari motivasi intriksik,
3.
Pengetahuan
adalah berkembang, tidak bersifat tetap
4.
Kegiatan
belajar hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan minat pebelajar,
5.
Pendidikan
harus mencakup kegiatan belajar dengan prinsip saling memahami dan saling
menghormati satu sama lain.
6.
Kegiatan
belajar hendaknya berhubungan dengan dunia nyata di luar kelas dan bertujuan
mengembangkan dunia tersebut.
Herbert Thelan pada beberapa tahun kemudian juga
menyatakan behwa kelas juga hendaknya merupakan
laboratorium atau miniatur demokrasi yang bertujuan mengkaji
masalah-masalah sosial dan antar pribadi. Thelan yang tertarik dengan dinamika
kelompok mengembangkan group investigative.
Dalam pendekatan group-investigative ala Dewey dan Thelan tersebut, pebelajar
dikelompokkan secara heterogen atas jenis kelamin dan etnik. Pebelajar memilih
sendiri topic yang akan dipelajari, dan kelompok merumuskan penyelidikan dan
meyepakati pembagian kerja untuk menangani konsep-konsep penyelidikan yang
telah dirumuskan. Sementara pengajar berperan sebagai salah satu sumber belajar
pebelajar. Hasil kerja kelompok dilaporkan sebagai bahan diskusi kelas.
Evaluasi kegiatan dilakukan melalui akumulasi upaya kerja individual selama
penyelidikan dilakukan.
2.4.2 Persektif Psikologi Behavioristik
Slavin pada tahun 1987 menentang bahwa kelompok adalah
essensial jika struktur kelompok kecil dapat meningkatkan prestasi. Kelomok
bekerja dalam dua tahap, pertama pengajar menawarkan penghargaan atau hukuman,
kedua anggota kelompok menerapkan penghargaan atau hukuman tersebutsatu dengan
yang lainnya.
Reinforcement juga merupakan konsep behavioristik, artinya pebelajar
belajar tidak hanya untuk memperoleh penghargaan atau hukuman, tetapi juga
melihat orang lain menerima penghargaan atau hukuman.
Teknik Student Team-Achievment Division (STAD) yang
dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temanya merupakan produk psikologi
behavioristik. Pengajar yang menggunakan teknik STAD yang mengacu kepada
belajar kelompok pebelajar, menyajikan informasi akademik baru kepada
pebelajar.
2.4.3 Pesektif Psikologis Sosial
Konseptualisasi tentang belajar telah mengalami
pergeseran paradigm menuju pada suatu konsep “pengkonstruksian aspek sosial
pengetahuan”.Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pendekatan pembelajaran
yang berorientasi pada interaksi-interaksi sosial, dinamika kelompok, proses
belajar dan pembelajaran, pengakomodasian perbedaan-perbedaan individu,
pencapaian tujuan-tujuan pendidikan majemuk, pengembangan sosial dan personal
para pebelajar, dan pengembangan keterampilan-keterampilan akademik dan
interpersonal para pebelajar. Pendekatan Pembelajaran kooperatif berorientasi
pada sifat dasar pembelajaran manusia.
2.4.4 Persektif Psikologi Kognitif
Piaget dan Vigotsky yang merupakan dua psikolog kognitif,
menekankan bahwa interaksi dengan orang lain adalah bagian penting dalam
belajar. Metode pembelajaran koperatif yang dihasilkan dari persektif psikologi
kognitif adalah MURDER. Pendekatan MURDER sebagai metode pembelajaran
kooperatif tidak bersifat eksklusif. Pendekatan ini dapat dimodifikasi dan atau
diintegrasikan ke pendekatan lainnya dalam pembelajaran kooperatif.
Pemodifikasian dan pengintegrasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan
penyesuaian terhadap karakteristik materi pelajaran.
2.5 Kelebihan
dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
Kooperatif memiliki manfaat atau kelebihan yang sangat besar
dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih mengembangkan kemampuannya
dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan
pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk aktif dalam belajar melalui
kegiatan kerjasama dalam kelompok.
Karli dan
Yuliariatiningsih (2002: 72) mengemukakan kelebihan model pembelajaran kooperatif,
yaitu:
1.
Dapat melibatkan siswa secara aktif
dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilannya dalam suasana
belajar mengajar yang bersifat terbuka dan demokratis.
2.
Dapat mengembangkan aktualisasi
berbagai potensi diri yang telah dimiliki oleh siswa.
3.
Dapat mengembangkan dan melatih
berbagai sikap, nilai, dan keterampilan-keterampilan sosial untuk diterapkan
dalam kehidupan di masyarakat.
4.
Siswa tidak hanya sebagai obyek belajar
melainkan juga sebagai subyek belajar karena siswa dapat menjadi tutor sebaya
bagi siswa lainnya.
5.
Siswa dilatih untuk bekerjasama, karena
bukan materi saja yang dipelajari tetapi juga tuntutan untuk mengembangkan
potensi dirinya secara optimal bagi kesuksesan kelompoknya.
6.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk
belajar memperoleh dan memahami pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung,
sehingga apa yang dipelajarinya lebih bermakna bagi dirinya.
Penggunaan pembelajaran kooperatif
dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, memiliki berbagai kelebihan atau
manfaat. Kelebihan berorientasi pada optimalnya kegiatan pembelajaran sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif melalui dukungan guru dan
siswa dalam pembelajaran.
Selain kelebihannya, pendekatan
pembelajaran kooperatif juga memiliki kelemahan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Lie (1999: 29) yaitu : siswa yang dibagi dalam kelompok kemudian
diberikan tugas. Akibatnya siswa merasa ditinggal sendiri dan karena mereka
belum berpengalaman, merasa bingung dan tidak tahu bagaimana harus bekerjasama
menyelesaikan tugas tersebut sehingga menimbulkan kekacauan dan kegaduhan.
Berdasarkan pendapat sebelumnya, jelas bahwa di samping kelebihan atau manfaat
yang dapat dirasakan oleh siswa dalam model pembelajaran kooperatif, juga
terdapat kelemahan di mana hal tersebut menuntut kemampuan guru dalam
menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan mengawasi proses kerjasama
dalam belajar yang dilakukan oleh siswa.
Thabrany (1993: 94) mengemukakan
kelebihan atau keuntungan dan kekurangan kerja kelompok atau pembelajaran kooperatif
yaitu:
1)
Keuntungan kerja kelompok
·
Dapat mengurangi rasa kantuk dibanding
belajar sendiri,
·
Dapat merangsang motivasi belajar,
·
Ada tempat bertanya,
·
Kesempatan melakukan resitasi oral,
·
Dapat membantu timbulnya asosiasi
dengan peristiwa lain yang mudah diingat.
2)
Kekurangan kerja kelompok
·
Bisa menjadi tempat mengobrol atau
gossip,
·
Sering terjadi debat sepele di dalam
kelompok, bisa terjadi kesalahan kelompok.
Kelebihan dan kelemahan pembelajaran
kooperatif di atas, berikut diuraikan satu-per satu:
1.
Kelebihan pembelajaran kooperatif
Kelebihan model pembelajaran kooperatif
terdiri atas:
a.
Dapat mengurangi rasa kantuk dibanding
belajar sendiri
Jika belajar sendiri sering kali rasa
bosan timbul dan rasa kantuk pun datang. Apalagi jika mempelajari pelajaran
yang kurang menarik perhatian atau pelajaran yang sulit. Dengan belajar
bersama, orang punya teman yang memaksa aktif dalam belajar. Demikian pula ada
kesempatan bersenda gurau sesedikit mungkin untuk mengalihkan kebosanan.
b.
Dapat merangsang motivasi belajar
Melalui kerja kelompok, akan dapat
menumbuhkan perasaan ada saingan. Jika sudah menghabiskan waktu dan tenaga yang
sama dan ternyata ada teman yang mendapat nilai lebih baik, akan timbul minat
mengejarnya. Jika sudah berada di atas, tentu ingin mempertahankan agar tidak
akan dikalahkan teman-temannya.
c.
Ada tempat bertanya
Kerja secara kelompok, maka ada tempat
untuk bertanya dan ada orang lain yang dapat mengoreksi kesalahan anggota
kelompok. Belajar sendiri sering terbentur pada masalah sulit terutama jika
mempelajari sejarah. Dalam belajar berkelompok, seringkali dapat memecahkan
soal yang sebelumnya tidak bisa diselesaikan sendiri. Ide teman dapat dicoba
dalam menyelesaikan soal latihan. Jika ada lima orang dalam kelompok itu, tentu
ada lima kepala yang mempunyai tingkat pengetahuan dan kreativitas yang
berbeda. Pada saat membahas suatu masalah bersama akan ada ide yang saling
melengkapi.
d.
Kesempatan melakukan resitasi oral
Kerja kekompok, sering anggota kelompok
harus berdiskusi dan menjelaskan suatu teori kepada teman belajar. Inilah saat
yang baik untuk resitasi. Akan dijelaskan suatu teori dengan bahasa sendiri.
Belajar mengekspresikan apa yang diketahui, apa yang ada dalam pikiran ke dalam
bentuk kata-kata yang diucapkan.
e.
Dapat membantu timbulnya asosiasi
dengan perisitwa lain yang mudah diingat
Melalui kerja kelompok akan dapat
membantu timbulnya asosiasi dengan peristiwa lain yang mudah diingat. Misalnya,
jika ketidaksepakatan terjadi di antara kelompok, maka perdebatan sengit tak
terhindarkan. Setelah perdebatan ini, biasanya akan mudah mengingat apa yang
dibicarakan dibandingkan masalah lain yang lewat begitu saja. Karena dari
peristiwa ini, ada telinga yang mendengar, mulut yang berbicara, emosi yang
turut campur dan tangan yang menulis. Semuanya sama-sama mengingat di kepala.
Jika membaca sendirian, hanya rekaman dari mata yang sampai ke otak, tentu ini
dapat kurang kuat.
2.
Kelemahan model pembelajaran kooperatif
atau kerja kelompok
Kelemahan penerapan model pembelajaran
kooperatif dalam suatu pembelajaran di sekolah yaitu:
a.
Bisa menjadi tempat mengobrol atau
gosip
Kelemahan yang senantiasa terjadi dalam
belajar kelompok adalah dapat menjadi tempat mengobrol. Hal ini terjadi
jika anggota kelompok tidak mempunyai kedisiplinan dalam belajar, seperti
datang terlambat, mengobrol atau bergosip membuat waktu berlalu begitu saja
sehingga tujuan untuk belajar menjadi sia-sia.
b.
Sering terjadi debat sepele di dalam
kelompok
Debat sepele ini sering terjadi di
dalam kelompok. Debat sepele ini sering berkepanjangan sehingga membuang waktu
percuma. Untuk itu, dalam belajar kelompok harus dibuatkan agenda acara.
Misalnya, 25 menit mendiskusikan bab tertentu, dan 10 menit mendiskusikan
bab lainnya. Dengan agenda acara ini, maka belajar akan terarah dan tidak terpancing
untuk berdebat hal-hal sepele.
c.
Bisa terjadi kesalahan kelompok
Jika ada satu anggota kelompok
menjelaskan suatu konsep dan yang lain percaya sepenuhnya konsep itu, dan
ternyata konsep itu salah, maka semua anggota kelompok berbuat salah. Untuk
menghindarinya, setiap anggota kelompok harus sudah mereview sebelumnya. Kalau
membicarakan hal baru dan anggota kelompok lain belum mengetahui, cari
konfirmasi dalam buku untuk pendalaman.
d.
Guru khawatir bahwa akan terjadi
kekacauan dikelas.
Kondisi seperti
ini dapat diatasi dengan guru mengkondisikan kelas atau pembelajaran dilakuakan
di luar kelas seperti di laboratorium matematika, aula atau di tempat yang
terbuka.
e.
Banyak siswa tidak senang apabila
disuruh bekerja sama dengan yang lain.
Siswa yang
tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup mereka,
sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup
dengan siswa yang lebih pandai. Siswa yang tekun merasa temannya yang kurang
mampu hanya menumpang pada hasil jerih payahnya. Hal ini tidak perlu
dikhawatirkan sebab dalam model pembelajaran kooperatif bukan kognitifnya saja
yang dinilai tetapi dari segi afektif dan psikomotoriknya juga dinilai seperti
kerjasama diantara anggota kelompok, keaktifan dalam kelompok serta sumbangan
nilai yang diberikan kepada kelompok.
f.
Perasaan was-was pada anggota kelompok
akan hilangnya karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus
menyesuaikan diri dengan kelompok.
Karakteristik
pribadi tidak luntur hanya karena bekerjasama dengan orang lain, justru
keunikan itu semakin kuat bila disandingkan dengan orang lain.
g.
Banyak siswa takut bahwa pekerjaan
tidak akan terbagi rata atau secara adil, bahwa satu orang harus mengerjakan
seluruh pekerjaan tersebut.
Dalam model
pembelajaran kooperatif pembagian tugas rata, setiap anggota kelompok harus
dapat mempresentasikan apa yang telah didapatnya dalam kelompok sehingga ada
pertanggungjawaban secara individu.
Model pembelajaran kooperatif di
samping memiliki kelebihan juga mengandung beberapa kelemahan apabila para
anggota kelompok tidak menyadari makna kerjasama dalam kelompok.
Oleh karena itu, Thabrany (1993: 96) menyarankan bahwa “agar kelompok
beranggotakan 3, 5 atau 7 orang, jangan lebih dari 7 dan sebaiknya tidak genap karena
dapat terjadi beberapa blok yang saling mengobrol, dan jangan ada yang pelit
artinya harus terbuka pada kawan”.
Kelebihan dan kelemahan dalam
penggunaan model pembelajaran kooperatif sebagai strategi mengajar guru, maka
hal tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi guru dalam penggunaannya. Namun,
faktor profesionalisme guru menggunakan model tersebut sangat menentukan dan
kesadaran murid mengikuti pembelajaran melalui strategi kelompok. Sasaran
pembelajaran adalah meningkatkan kemampuan belajar siswa sehingga penggunaan
model ini akan memungkinkan siswa lebih aktif, kreatif dan mandiri dalam
belajar sesuai tuntutan materi pelajaran atau kurikulum.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Model
pembelajaran kooperatif memilik pengertian yakni kegiatan siswa untuk belajar bersama, saling
menyumbangkan pikiran dan bertanggung
jawab terhadap pencapaian hasil belajar individu meupun kelompok untuk mencapai
suatu tujuan yang maksimal.
Berdasarkan definisi pembelajaran
koopertif tersebut, terdapat lima unsur dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:
1.
Saling
Ketergantungan Positif
2.
Tanggung
Jawab Perseorangan
3.
Tatap
Muka
4.
Komunikasi
Antar Anggota
5.
Evaluasi
Proses Kelompok
Tipe model
pembelajaran kooperatif ada 5, yaitu :
1.
Pembelajaran
kooperatif menurut jigsaw,
2.
Pembelajaran
kooperatif tipe NHT (Number Head Together)
3.
Pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)
4.
Pembelajaran
kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization)
5.
Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS (Think Pair Share)
Landasan teoritik dan kooperatif berakar dari pandangan
filosofis dan persektif psikologis. Masing-masing kawasan psikologi memiliki
persektif yang khas berdasarkan hasil pelacakannya terhadap pembelajaran
kooperatif selama ini. Kawasan-kawasan psikologi yang banyak memberikan
perhatian adalah : Psikologi Behavioristik, Psikologi Sosial, Psikologi Kognitif.
Kelebihan pembelajaran kooperatif
Pembelajaran
Kooperatif memiliki manfaat atau kelebihan yang sangat besar
dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih mengembangkan kemampuannya
dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan
pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk aktif dalam belajar melalui
kegiatan kerjasama dalam kelompok.
DAFTAR FUSTAKA
Ajmr. 2011(c). Unsur-unsur
pembelajaran kooperatif. http://kuliahpgsd.
blogspot.com/2012/01/unsur-unsur-pembelajaran.kooperatif.html (diakses pada 14 Mei 2012).
Dzaki,
F, M. 2009. Kelemahan model pembelajaran kooperatif. http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/kelemahan-model-pembelajaran-kooperatif.html (diakses pada 10 Mei 2012).
Fitriani, D. 2009. Pembelajaran
kooperatif. http://blog.uin-suska.ac.id
/depifitraini/note/3657/pembelajaran-kooperatif.html. (diakses pada 10
Mei 2012).
Nur Mohamad. 2005. Pembelajaran
kooperatif. Surabaya: Departemen Pendidikan Nasional.
Santyasa, I W. 2011.
Pembelajaran inovatif: Model pembelajaran kooperatif. Bahan ajar. Universitas
Pendidikan Ganesha. Singaraja.
Slavin, R. E. 1995. Cooperative
learning. Second edition. Boston: Allyn and Bacon
Yasa, D. 2008. Metode
pembelajaran kooperatif. http://ipotes.wordpress.com
/2008/05/10/metode-pembelajaran-kooperatif/ (diakses pada 14 Mei 2012).
0 komentar:
Posting Komentar