Ilmu Umum



 “MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF”
Makalah Pembelajaran Inovatif
 










JURUSAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2012

KATA PENGANTAR
            Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan makalah Pembelajaran Inovatif dengan judul “ Model Pembelajaran Kooperatif” ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.
            Makalah Pembelajaran Inovatif ini dibuat dengan tujuan agar memperluas pengetahuan bagi penyusun maupun pembaca dalam bidang model-model pembelajaran Kooperatif, selain itu makalah ini juga sebagai tugas kelompok mata kuliah Pembelajaran Inovatif.
            Dalam penyelesaian makalah ini, kami tidak lepas dari kerjasama dan bimbingan dari beberapa pihak. Maka dari itu saya mengucapkan terimakasih kepada:
1.      Prof. Dr. I Wayan Santyasa, M.Si. selaku dosen pembimbing mata kuliah Pembelajaran Inovatif yang telah banyak memberi bimbingan dan masukan-masukan.
2.      Masing-masing Kedua Orang tua kami yang sepenuhnya memberikan support dan menfasilitasi semua kegiatan dalam penyusunan makalah ini.
3.      Seluruh pihak yang telah membantu kami dalam kelancaran kegiatan ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan karunia-Nya kepada semua pihak yang membantu dan mengorbankan waktunya serta bimbingannya kepada kami.
Semoga juga makalah ini dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Dan  tentunya  makalah ini masih sangat jauh dari sempurna.
Untuk itu kepada Dosen Pembimbing kami minta masukannya demi per-baikan pembuatan makalah kami di masa yang akan datang.
Terima Kasih.
                                                                       
Singaraja, 14 Mei 2012
Penyusun: Kelompok V



DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif................................................... 3
2.2 Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif...................................... 4
2.3 Tipe-tipe Model Pembelajaran Kooperatif.......................................... 5
2.4 Landasan Teoritik dan Konseptual Pembelajaran Kooperatif............. 10
2.5 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif.............. 12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................................... 18
Daftar Fustaka




BAB I
PENDAHULUAN

1.1              LATAR BELAKANG
Paradigma yang lama adalah guru memberikan pengetahuan kepada siswa yang pasif. Dalam konteks pendidikan tinggi, paradigma lama ini juga berarti jika seseorang mempunyai pengetahuan dan keahlian dalam suatu bidang, dia pasti akan dapat mengajar. Dia tidak perlu tahu mengenai proses belajar mengajar yang tepat. Dia hanya perlu menuangkan apa yang diketahuinya kedalam botol kosong yang siap menerimanya.
Banyak Guru dan Dosen masih menganggap paradigma ini sebagai satu-satunya alternatif. Mereka mengajar dengan metode ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam, dengar, catat, dan hafal. Serta mengadu siswa satu dengan yang lain.
Kita sebagai generasi penerus pendidikan harus bisa merubah paradigma lama ini sebagai suatu yang lebih baik dan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Salah satunya yaitu dengan cara mengubah metode mengajar dengan mengguanakan metode cooperative learning. Jenis metode kooperatif ini dapat kita lihat dalam pembahasan.











1.2              Rumusan Masalah
1.2.1    Apa Pengertian dari Pembelajaran Kooperatif?
1.2.2    Apa saja Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif?
1.2.3    Bagaimana Tipe-tipe Model Pembelajaran Kooperatif?
1.2.4    Bagaimana Landasan Teoritik dan Konseptual Pembelajaran Kooperatif?
1.2.5    Apa Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif?

1.3              Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami:
1.3.1    Pengetian Pembelajaran Kooperatif.
1.3.2    Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif.
1.3.3   Tipe-tipe odel Pembelajaran Kooperatif.
1.3.4   Landasan Teoritik dan Konseptual Pembelajaran Kooperatif.
1.3.5   Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif.












BAB II
PEMBAHASAN
2.1.      Pengertian Pembelajaran Kooperatif
            Pembelajaran kooperatif (cooperative Learning) merupakan pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Adapun beberapa definisi lain tentang pembelajaran kooperatif yakni.
            Slavin (Doantara Yasa, 2008) mendefinisikan pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru.
            Hal serupa juga dilontarkan (dalam Prof. Dr. I Wayan Santyasa, M.Si, 2011) bahwa pembelajaran koopertif adalah suatu strategi pembelajaran yang tersetruktur dan sistematis, di mana kelompok-kelompok kecil  bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
            Di samping itu juga  (dalam Mohammad Nur, 2005: 1) mengungkapkan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan teknik-teknik kelas praktis yang dapat digunakan guru setiap hari untuk membantu siswanya belajar pada setiap mata pelajaran, mulai dari keterampilan-keterampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks.
            Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan siswa untuk belajar bersama, saling menyumbangkan pikiran dan  bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar individu meupun kelompok untuk mencapai suatu tujuan yang maksimal.
            Dalam pengembangannya model pembelajaran kooperatif memiliki tujuan tersendiri dalam pembelajaran, seperti tujuan yang pertama, yaitu meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Tujuan yang kedua, yaitu memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belakang, seperti perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. Tujuan yang ketiga, yaitu untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain, berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau memberikan ide atau gagasan dalam diskusi, dan sebagainya.
2.2.      Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif
            Berdasarkan definisi pembelajaran koopertif tersebut, terdapat unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif, yaitu: belajar bersama, saling menyumbangkan pikiran dan  bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar (gotong royong). Oleh sebab itu terdapat lima unsur dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:
2.2.1.   Saling Ketergantungan Positif
            Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya, karena dalam satu kelompok semua anggota bekerja dengan satu tujuan yang sama dalam kelompok. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas dengan sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok mampu menyelesaikan tugasnya sediri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.
2.2.2.   Tanggung Jawab Perseorangan
            Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian di buat prosedur model pembelajaran cooperative learning, siswa akan merasa tanggung jawabuntuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilam metode kelompok adalah persiapan guru dalam menyusun tugasnya.
2.2.3.  Tatap Muka
            Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan diskusi.Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelaja runtuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota.Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya dari pada hasil pemikiran satu kepala saja.
2.2.4. Komunikasi Antar Anggota
            Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi.
2.2.5. Evaluasi Proses Kelompok
            Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya biasa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok tetapi bisa diadakan selang beberapa waku setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran Cooperative learning.
2.3       Tipe-tipe Model Pembelajaran kooperatif
Setelah kitat mengetahui pengertian dan tujuan dari model pembelajaran kooperatif dapat kita ketahui juga apa saja yang menjadi tipe model pembelajaran kooperatif tersebut. Tipe model pembelajaran kooperatif yaitu :
1.             Pembelajaran kooperatif menurut jigsaw dengan pertama kalinya digunakan oleh Aronson dkk.
a.              Misalnya seperti contoh Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah serta jika mungkin anggota berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda tetapi tetap mengutamakan kesetaraan jender. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut. Misalnya suatu kelas dengan jumlah siswa 40, dan materi pembelajaran yang dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh dalam diskusi di kelompok ahli dan setiap siswa menyampaikan apa yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru   memfasilitasi diskusi kelompok baik yang dilakukan oleh kelompok ahli maupun kelompok asal.
b.             Setelah siswa berdiskusi dengan kelompokahli maupun kelompok asal selanjutnya dilakukan persentasi masing masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan .
c.              Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.
d.             Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skorkuis dasar hingga skor kuis berikutnya.
e.              Materi sebaiknya secara alami dibagi menjadi beberapa materi pembelajaran.
f.              Perlu diperhatikan bahwa jika penggunaan tipe jigsaw untuk belajar materi baru perlu   dipersiapkan suatu tuntunan yang runtut serta cukup sehingga materi pembelajaran dapat tercapai.
2.             Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head Together)
Tipe pembelajaran kooperatif ini dikembangkan oleh (spenser kagen, 1993). Pada umumnya tipe NHT ini digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau untuk mengecek kemampuan siswa terhadap pembelajaran.
Adapun langkah-langkah penerapan NHT yaitu :
·         Guru menyampaikan materi pembelajaran dan permasalahan yang akan di capai
·         Guru memberikan kuis secara indiviual kepada siswa utuk mendapat skor dasar atau skor awal.
·         Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok yang diberi nomor atau nama.
·         Guru memberikan maslah untuk dapat dipecahkan bersama dalam kelompok.
·         Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada akhir pembelajaran.
·         Guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara individual.
·         Guru memberi penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).
3.             Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)
Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Slavin dkk.
Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD:
a.              Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
b.             Guru memberikan tes/ kuis kepada setiap siswa secara individual sehingga akan diperoleh skor awal.
c.              Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda tetapi tetap mementingkan kesetaraan jender.
d.             Bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai kompetensi dasar. Pembelajaran kooperatif tipe STAD biasanya digunakan untuk penguatan pemahaman materi.
e.              Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
f.              Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual.
g.             Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).
4.             Pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization)
Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Slavin. Tipe ini mengkombinasi-kan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran idnidvidual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Oleh karena itu, kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah, ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah sebagai berikut:
a.              Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru.
b.             Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal.
c.              Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin, anggota kelompok terdiri dari ras, budaya, suku yang berbeda tetapi tetap mengutamakan kesetaraan jender.
d.             Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok.
e.              Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
f.              Guru memberikan kuis kepada siswa secara individual.
g.             Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini)
5.       Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS (Think Pair Share)
Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok secara keseluruhan. Karakteristik model TPS siswa dibimbing secara mandiri, berpasangan, dan saling berbagi untuk menyelesaikan permasalahan. Model ini selain diharapkan dapat menjebatani dan mengarahkan PBM juga mempunyai dampak lain yang sangat bermanfaat bagi siswa. Beberapa akibat yang dapat ditimbulkan dari model ini adalah siswa dapat berkomunikasi secara langsung oleh individu lain yang dapat saling memberi informasi dan bertukar pikiran serta mampu berlatih untuk mempertahankan pendapatnya jika pendapat itu layak untuk dipertahankan.
Menurut Lie (2002), berikut kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe TPS :
·         Kelebihan Model TPS
1.         Meningkatkan kemandirian siswa
2.         Meningkatkan partisipasi siswa untuk menyumbangkan pemikiran karena merasa leluasa dalam mengungkapkan pendapatnya.
3.         Membentuk kelompoknya lebih mudah dan lebih cepat
4.         Melatih kecepatan berpikir siswa
·         Kelemahan model TPS
1.         Tidak selamanya mudah bagi siswa untuk mengatur cara berpikir sistematik
2.         Lebih sedikit ide yang masuk
3.         Jika ada perselisihan, tidak ada penengah dari siswa dalam kelompok yang bersangkutan sehingga banyak kelompok yang melapor dan  dimonitor.
2.4       Landasan Teoritik dan Konseptual Pembelajaran Kooperatif
Landasan teoritik dan kooperatif berakar dari pandangan filosofis dan persektif psikologis.
2.4.1    Persektif Filosofis
Ide pembelajaran kooperatif bermula dari persektif filosofis terhadap konsep belajar. Untuk dapat belajar, seseorang harus memiliki pasangan atau teman belajar. John Dewey  pada tahun 1916, menulis sebuah buku “Democracy of education”  yang menggagas konsep pendidikan, bahwa kelas seharusnya merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan nyata. Pemikiran Dewey yang utama tentang pendidikan adalah :
1.      Pebelajar hendaknya aktif,
2.      Belajar hendaknya didasari motivasi intriksik,
3.      Pengetahuan adalah berkembang, tidak bersifat tetap
4.      Kegiatan belajar hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan minat pebelajar,
5.      Pendidikan harus mencakup kegiatan belajar dengan prinsip saling memahami dan saling menghormati satu sama lain.
6.      Kegiatan belajar hendaknya berhubungan dengan dunia nyata di luar kelas dan bertujuan mengembangkan dunia tersebut.

Herbert Thelan pada beberapa tahun kemudian juga menyatakan behwa kelas juga hendaknya merupakan  laboratorium atau miniatur demokrasi yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial dan antar pribadi. Thelan yang tertarik dengan dinamika kelompok mengembangkan group investigative.
Dalam pendekatan group-investigative  ala Dewey dan Thelan tersebut, pebelajar dikelompokkan secara heterogen atas jenis kelamin dan etnik. Pebelajar memilih sendiri topic yang akan dipelajari, dan kelompok merumuskan penyelidikan dan meyepakati pembagian kerja untuk menangani konsep-konsep penyelidikan yang telah dirumuskan. Sementara pengajar berperan sebagai salah satu sumber belajar pebelajar. Hasil kerja kelompok dilaporkan sebagai bahan diskusi kelas. Evaluasi kegiatan dilakukan melalui akumulasi upaya kerja individual selama penyelidikan dilakukan.

2.4.2    Persektif Psikologi Behavioristik
Slavin pada tahun 1987 menentang bahwa kelompok adalah essensial jika struktur kelompok kecil dapat meningkatkan prestasi. Kelomok bekerja dalam dua tahap, pertama pengajar menawarkan penghargaan atau hukuman, kedua anggota kelompok menerapkan penghargaan atau hukuman tersebutsatu dengan yang lainnya.
Reinforcement juga merupakan konsep behavioristik, artinya pebelajar belajar tidak hanya untuk memperoleh penghargaan atau hukuman, tetapi juga melihat orang lain menerima penghargaan atau hukuman.
Teknik Student Team-Achievment Division (STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temanya merupakan produk psikologi behavioristik. Pengajar yang menggunakan teknik STAD yang mengacu kepada belajar kelompok pebelajar, menyajikan informasi akademik baru kepada pebelajar.
2.4.3    Pesektif Psikologis Sosial
Konseptualisasi tentang belajar telah mengalami pergeseran paradigm menuju pada suatu konsep “pengkonstruksian aspek sosial pengetahuan”.Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada interaksi-interaksi sosial, dinamika kelompok, proses belajar dan pembelajaran, pengakomodasian perbedaan-perbedaan individu, pencapaian tujuan-tujuan pendidikan majemuk, pengembangan sosial dan personal para pebelajar, dan pengembangan keterampilan-keterampilan akademik dan interpersonal para pebelajar. Pendekatan Pembelajaran kooperatif berorientasi pada sifat dasar pembelajaran manusia.

2.4.4    Persektif Psikologi Kognitif
Piaget dan Vigotsky yang merupakan dua psikolog kognitif, menekankan bahwa interaksi dengan orang lain adalah bagian penting dalam belajar. Metode pembelajaran koperatif yang dihasilkan dari persektif psikologi kognitif adalah MURDER. Pendekatan MURDER sebagai metode pembelajaran kooperatif tidak bersifat eksklusif. Pendekatan ini dapat dimodifikasi dan atau diintegrasikan ke pendekatan lainnya dalam pembelajaran kooperatif. Pemodifikasian dan pengintegrasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan penyesuaian terhadap karakteristik materi pelajaran.
2.5       Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif memiliki manfaat atau kelebihan yang sangat besar dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih mengembangkan kemampuannya dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk aktif dalam belajar melalui kegiatan kerjasama dalam kelompok.
Karli dan Yuliariatiningsih (2002: 72) mengemukakan kelebihan model pembelajaran kooperatif, yaitu:
1.             Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilannya dalam suasana belajar mengajar yang bersifat terbuka dan demokratis.
2.             Dapat mengembangkan aktualisasi berbagai potensi diri yang telah dimiliki oleh siswa.
3.             Dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap, nilai, dan keterampilan-keterampilan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan di masyarakat. 
4.             Siswa tidak hanya sebagai obyek belajar melainkan juga sebagai subyek belajar karena siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya.
5.             Siswa dilatih untuk bekerjasama, karena bukan materi saja yang dipelajari tetapi juga tuntutan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal bagi kesuksesan kelompoknya.
6.             Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar memperoleh dan memahami pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung, sehingga apa yang dipelajarinya lebih bermakna bagi dirinya.
Penggunaan pembelajaran kooperatif dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, memiliki berbagai kelebihan atau manfaat. Kelebihan berorientasi pada optimalnya kegiatan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif melalui dukungan guru dan siswa dalam pembelajaran.
Selain kelebihannya, pendekatan pembelajaran kooperatif juga memiliki kelemahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Lie (1999: 29) yaitu : siswa yang dibagi dalam kelompok kemudian diberikan tugas. Akibatnya siswa merasa ditinggal sendiri dan karena mereka belum berpengalaman, merasa bingung dan tidak tahu bagaimana harus bekerjasama menyelesaikan tugas tersebut sehingga menimbulkan kekacauan dan kegaduhan.
            Berdasarkan pendapat sebelumnya, jelas bahwa di samping kelebihan atau manfaat yang dapat dirasakan oleh siswa dalam model pembelajaran kooperatif, juga terdapat kelemahan di mana hal tersebut menuntut kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan mengawasi proses kerjasama dalam belajar yang dilakukan oleh siswa.

Thabrany (1993: 94) mengemukakan kelebihan atau keuntungan dan kekurangan kerja kelompok atau pembelajaran kooperatif yaitu:
1)             Keuntungan kerja kelompok
·           Dapat mengurangi rasa kantuk dibanding belajar sendiri,
·           Dapat merangsang motivasi belajar,
·           Ada tempat bertanya,
·           Kesempatan melakukan resitasi oral,
·           Dapat membantu timbulnya asosiasi dengan peristiwa lain yang mudah diingat.
2)             Kekurangan kerja kelompok
·           Bisa menjadi tempat mengobrol atau gossip,
·           Sering terjadi debat sepele di dalam kelompok, bisa terjadi kesalahan kelompok.
Kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif di atas, berikut diuraikan satu-per satu:
1.             Kelebihan pembelajaran kooperatif
Kelebihan model pembelajaran kooperatif terdiri atas:
a.         Dapat mengurangi rasa kantuk dibanding belajar sendiri
Jika belajar sendiri sering kali rasa bosan timbul dan rasa kantuk pun datang. Apalagi jika mempelajari pelajaran yang kurang menarik perhatian atau pelajaran yang sulit. Dengan belajar bersama, orang punya teman yang memaksa aktif dalam belajar. Demikian pula ada kesempatan bersenda gurau sesedikit mungkin untuk mengalihkan kebosanan.
b.        Dapat merangsang motivasi belajar
Melalui kerja kelompok, akan dapat menumbuhkan perasaan ada saingan. Jika sudah menghabiskan waktu dan tenaga yang sama dan ternyata ada teman yang mendapat nilai lebih baik, akan timbul minat mengejarnya. Jika sudah berada di atas, tentu ingin mempertahankan agar tidak akan dikalahkan teman-temannya.
c.         Ada tempat bertanya
Kerja secara kelompok, maka ada tempat untuk bertanya dan ada orang lain yang dapat mengoreksi kesalahan anggota kelompok. Belajar sendiri sering terbentur pada masalah sulit terutama jika mempelajari sejarah. Dalam belajar berkelompok, seringkali dapat memecahkan soal yang sebelumnya tidak bisa diselesaikan sendiri. Ide teman dapat dicoba dalam menyelesaikan soal latihan. Jika ada lima orang dalam kelompok itu, tentu ada lima kepala yang mempunyai tingkat pengetahuan dan kreativitas yang berbeda. Pada saat membahas suatu masalah bersama akan ada ide yang saling melengkapi.
d.        Kesempatan melakukan resitasi oral
Kerja kekompok, sering anggota kelompok harus berdiskusi dan menjelaskan suatu teori kepada teman belajar. Inilah saat yang baik untuk resitasi. Akan dijelaskan suatu teori dengan bahasa sendiri. Belajar mengekspresikan apa yang diketahui, apa yang ada dalam pikiran ke dalam bentuk kata-kata yang diucapkan.
e.         Dapat membantu timbulnya asosiasi dengan perisitwa lain yang mudah diingat
Melalui kerja kelompok akan dapat membantu timbulnya asosiasi dengan peristiwa lain yang mudah diingat. Misalnya, jika ketidaksepakatan terjadi di antara kelompok, maka perdebatan sengit tak terhindarkan. Setelah perdebatan ini, biasanya akan mudah mengingat apa yang dibicarakan dibandingkan masalah lain yang lewat begitu saja. Karena dari peristiwa ini, ada telinga yang mendengar, mulut yang berbicara, emosi yang turut campur dan tangan yang menulis. Semuanya sama-sama mengingat di kepala. Jika membaca sendirian, hanya rekaman dari mata yang sampai ke otak, tentu ini dapat kurang kuat.
2.             Kelemahan model pembelajaran kooperatif atau kerja kelompok 
Kelemahan penerapan model pembelajaran kooperatif dalam suatu pembelajaran di sekolah yaitu:
a.         Bisa menjadi tempat mengobrol atau gosip
Kelemahan yang senantiasa terjadi dalam belajar kelompok adalah dapat menjadi  tempat mengobrol. Hal ini terjadi jika anggota kelompok tidak mempunyai kedisiplinan dalam belajar, seperti datang terlambat, mengobrol atau bergosip membuat waktu berlalu begitu saja sehingga tujuan untuk belajar menjadi sia-sia.
b.        Sering terjadi debat sepele di dalam kelompok
Debat sepele ini sering terjadi di dalam kelompok. Debat sepele ini sering berkepanjangan sehingga membuang waktu percuma. Untuk itu, dalam belajar kelompok harus dibuatkan agenda acara. Misalnya, 25 menit  mendiskusikan bab tertentu, dan 10 menit mendiskusikan bab lainnya. Dengan agenda acara ini, maka belajar akan terarah dan tidak terpancing untuk berdebat hal-hal sepele.
c.         Bisa terjadi kesalahan kelompok
Jika ada satu anggota kelompok menjelaskan suatu konsep dan yang lain percaya sepenuhnya konsep itu, dan ternyata konsep itu salah, maka semua anggota kelompok berbuat salah. Untuk menghindarinya, setiap anggota kelompok harus sudah mereview sebelumnya. Kalau membicarakan hal baru dan anggota kelompok lain belum mengetahui, cari konfirmasi dalam buku untuk pendalaman.
d.        Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas.
Kondisi seperti ini dapat diatasi dengan guru mengkondisikan kelas atau pembelajaran dilakuakan di luar kelas seperti di laboratorium matematika, aula atau di tempat yang terbuka.
e.         Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain.
Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih pandai. Siswa yang tekun merasa temannya yang kurang mampu hanya menumpang pada hasil jerih payahnya. Hal ini tidak perlu dikhawatirkan sebab dalam model pembelajaran kooperatif bukan kognitifnya saja yang dinilai tetapi dari segi afektif dan psikomotoriknya juga dinilai seperti kerjasama diantara anggota kelompok, keaktifan dalam kelompok serta sumbangan nilai yang diberikan kepada kelompok.
f.         Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok.
Karakteristik pribadi tidak luntur hanya karena bekerjasama dengan orang lain, justru keunikan itu semakin kuat bila disandingkan dengan orang lain.
g.        Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau secara adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut.
Dalam model pembelajaran kooperatif pembagian tugas rata, setiap anggota kelompok harus dapat mempresentasikan apa yang telah didapatnya dalam kelompok sehingga ada pertanggungjawaban secara individu.
Model pembelajaran kooperatif di samping memiliki kelebihan juga mengandung beberapa kelemahan apabila para anggota kelompok  tidak  menyadari makna kerjasama dalam kelompok. Oleh karena itu, Thabrany (1993: 96) menyarankan bahwa “agar kelompok beranggotakan 3, 5 atau 7 orang, jangan lebih dari 7 dan sebaiknya tidak genap karena dapat terjadi beberapa blok yang saling mengobrol, dan jangan ada yang pelit artinya harus terbuka pada kawan”.
Kelebihan dan kelemahan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif sebagai strategi mengajar guru, maka hal tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi guru dalam penggunaannya. Namun, faktor profesionalisme guru menggunakan model tersebut sangat menentukan dan kesadaran murid mengikuti pembelajaran melalui strategi kelompok. Sasaran pembelajaran adalah meningkatkan kemampuan belajar siswa sehingga penggunaan model ini akan memungkinkan siswa lebih aktif, kreatif dan mandiri dalam belajar sesuai tuntutan materi pelajaran atau kurikulum.



















BAB III
PENUTUP
3.1       Kesimpulan
            Model pembelajaran kooperatif memilik pengertian yakni kegiatan siswa untuk belajar bersama, saling menyumbangkan pikiran dan  bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar individu meupun kelompok untuk mencapai suatu tujuan yang maksimal.
            Berdasarkan definisi pembelajaran koopertif tersebut, terdapat lima unsur dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:
1.         Saling Ketergantungan Positif
2.         Tanggung Jawab Perseorangan
3.         Tatap Muka
4.         Komunikasi Antar Anggota
5.         Evaluasi Proses Kelompok
Tipe model pembelajaran kooperatif ada 5, yaitu :
1.                  Pembelajaran kooperatif menurut jigsaw,
2.                  Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head Together)
3.                  Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)
4.                  Pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization)
5.                  Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS (Think Pair Share)
Landasan teoritik dan kooperatif berakar dari pandangan filosofis dan persektif psikologis. Masing-masing kawasan psikologi memiliki persektif yang khas berdasarkan hasil pelacakannya terhadap pembelajaran kooperatif selama ini. Kawasan-kawasan psikologi yang banyak memberikan perhatian adalah : Psikologi Behavioristik, Psikologi Sosial, Psikologi Kognitif.
Kelebihan pembelajaran kooperatif
Pembelajaran Kooperatif memiliki manfaat atau kelebihan yang sangat besar dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih mengembangkan kemampuannya dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk aktif dalam belajar melalui kegiatan kerjasama dalam kelompok.
DAFTAR FUSTAKA
Ajmr. 2011(c). Unsur-unsur pembelajaran kooperatif. http://kuliahpgsd. blogspot.com/2012/01/unsur-unsur-pembelajaran.kooperatif.html (diakses pada 14 Mei 2012).
Dzaki, F, M. 2009. Kelemahan model pembelajaran kooperatif. http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/kelemahan-model-pembelajaran-kooperatif.html (diakses pada 10 Mei 2012).
Fitriani, D. 2009. Pembelajaran kooperatif. http://blog.uin-suska.ac.id /depifitraini/note/3657/pembelajaran-kooperatif.html. (diakses pada 10 Mei 2012).
Nur Mohamad. 2005. Pembelajaran kooperatif. Surabaya: Departemen Pendidikan Nasional.
Santyasa, I W. 2011. Pembelajaran inovatif: Model pembelajaran kooperatif. Bahan ajar. Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja.
Slavin, R. E.    1995. Cooperative learning. Second edition. Boston: Allyn and Bacon
Yasa, D. 2008. Metode pembelajaran kooperatif. http://ipotes.wordpress.com /2008/05/10/metode-pembelajaran-kooperatif/ (diakses pada 14 Mei 2012).






0 komentar:

Posting Komentar